Awalnya saya mau yang rakitan. Tapi setelah saya konsultasi ke bengkel sepeda, ternyata ada tawaran sepeda fixie yang sudah jadi dengan part yang bagus. Ya akhirnya saya ambil tawaran itu.
Sepeda fixed gear merupakan sepeda dengan teknologi yang kuno. Yaitu menggunakan gigi tetap alias gir mati atau disebut doltrap, di daerah saya ada yang mengucapkannya sebagai goltrap. Menggunakan sepeda jenis ini, kaki kita tidak bisa coasting (mengistirahatkan kaki di pedal) karena selama sepeda masih melaju, pedal akan tetap berputar, otomatis kaki kita akan mengikuti. Dan jika kita menahan putaran pedal, maka putaran roda akan menjadi pelan. Jika kita mengayuh pedal ke belakang, maka sepeda akan melaju ke belakang. Untuk hal ini memang butuh adaptasi. Saya awalnya juga agak ragu untuk memilih sepeda fixie karena merasa agak ngeri kalau membayangkan pedal gak bisa berhenti sehingga kaki akan tetap ikut bergerak. Tapi setelah mempunyai dan memakainya, saya malah jadi ketagihan.
Sepeda ini dilengkapi dengan rem depan dari Tektro. Bisa membantu apabila butuh berhenti mendadak, atau kakinya belum siap untuk menahan laju putaran pedal. Tapi sayangnya, tuas rem berada di sebelah kiri dan umumnya kita terbiasa rem depan dengan tuas di kanan. Kalau para pengendara fixie yang mahir malah banyak yang tidak memasang rem sama sekali. Walaupun begitu, rem tangan lebih baik tetap terpasang untuk keamanan pengendaranya.
Sadel sepeda ini juga membuat saya agak kaget, karena tidak menggunakan busa sama sekali. Saddle Cinelli Unicanitor ini berbahan plastik yang kuat. Karena memang kurang pengalaman, sama seperti sebagian besar orang yang berkomentar, saya juga mikirnya duduk di sadel ini rasanya keras dan tidak nyaman. Tetapi setelah beberapa kali pemakaian, akan terjadi penyesuaian dengan sendirinya.
Ada hal lain yang juga saya kurang terbiasa sebelumnya, yaitu sepeda jenis fixie secara umum tidak mempunyai standar penyangga. Kalaupun pakai penyangga, biasanya digunakan penyangga yang kurang praktis dibawa-bawa. Atau bisa menyandarkannya di suatu tempat. Ternyata alasannya adalah mengurangi bobot sepeda itu sendiri. Mungkin kalau di luar negeri, banyak tempat seperti pertokoan, kampus, kantor dll yang menyediakan bike stand, tetapi kalau di sini sepertinya sangat jarang, paling-paling cuma dimiliki sendiri di rumah.
Bersandar |
Seperti halnya sepeda balap, sepeda fixie menggunakan roda yang lingkarnya besar agar dengan sedikit kayuhan sepeda akan melaju lebih jauh. Juga menggunakan ban yang kecil dan tidak terlalu bertekstur agar mengurangi gesekan dengan aspal jalanan sehingga menjadi sangat ringan untuk melaju dan melesat ketika sepeda dikayuh.
Sepeda ini cocok bagi saya yang suka simpel dan minimalis. Simpel banget, minim aksesoris. Dan otomatis perawatannya juga pastinya lebih simpel juga. Simpelnya seperti tidak adanya kabel yang berseliweran. Karena walaupun memakai rem, biasanya cuma rem depan yang kabelnya cuma sedikit, apalagi kalau tidak memakai rem sama sekali. Juga tidak adanya shifter (operan pemindah gigi) karena memang cuma satu kecepatan alias single speed.
Kesederhanaan di sepeda fixie juga menimbulkan konsekuensi tersendiri. Ketika jalanan menanjak, kita tidak bisa memperingan kayuhan. Juga dengan ban yang kecil, sepeda ini tidak cocok untuk off road, bersepeda di jalanan kasar dan sebagainya. Dan bagi saya, sepeda fixie ini cocoknya untuk transportasi sehari-hari, walaupun kadang saya menggunakannya untuk jarak yang agak jauh.
Saya tinggal di daerah yang tidak banyak orang tahu tentang sepeda jenis ini. Rata-rata sepeda yang ada adalah MTB. Hingga baru ada satu teman saya yang mengetahui bahwa sepeda seperti ini adalah sepeda fixie namanya. Tetangga dan teman-teman saya sering mempertanyakan apa memang tanduk stang benar mengarah ke depan, apakah bannya butuh dipompa, dan apakah memakai ban dalam.
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi, diedit dengan Gimp
0 comments:
Posting Komentar